Catatan


“Memberi perhatian lebih kepada, dan mengeksplorasi, wilayah yang tak dapat dideteksi oleh pancaindera”  
.  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  





Juli 2017

:19 
Tindakan selalu melibatkan kepentingan, serta berdasarkan perhitungan, untuk memperoleh ganjaran. Dan berakibat pada penyesalan. Adakah tindakan yang tak berdasarkan perhitungan? Dan karenanya begitu bebas dan spontan?

:20 
Jalan ke Truly Premium Outlets (TPO), pusat perbelanjaan di Q-Big, BSD City bersama Ismiaji Cahyono (Aji) untuk penandatanganan surat kesepakatan kerjasama DGI dengan TPO di bidang desain kaos. Berbincang sejenak bersama Kenny Wirya, pemilik Golden Truly Group (induk perusahaan TPO) dan kawan-kawan, sebelum acara penandatanganan dimulai. Ada yang menarik dari paparan Kenny mengenai kondisi terkini negara, bahwa “Indonesia saat ini berada di simpang jalan, atau akan maju atau akan hancur.” 

Masalah kekinian Indonesia mungkin sekali berakar pada kesenangan kebanyakan kita untuk mengedepankan kompetisi, yang telah diguratkan sejak dini, yaitu dengan penetapan peringkat (ranking) sejak di sekolah dasar (SD). Dibandingkan dengan sekolah-sekolah di Amerika misalnya, yang lebih menekankan pada kerjasama (cooperation). Di kota-kota besar di Indonesia kini, nilai gotong royong tinggal cerita, digaungkan sebagai sesuatu yang layak diteladani tapi nyaris tak dijumpai lagi dalam keseharians.

...

“Ada jutaan manusia, masing-masing punya kisah mereka sendiri. Tapi jika kau beruntung, kau akan menjadi bagian kisah mereka. Dan mereka akan menjadi bagian kisahmu.” —Emily Lowe, Be Somebody (2016)

Be Somebody, mengisahkan persahabatan tak terduga dua remaja yang berbeda tajam status sosial dan ekonominya, tentang cinta pertama, dan penemuan diri—menggambarkan bahwa segala hal yang berlawanan mungkin bisa benar-benar memikat.

...

Ming Ching, dari Taiwan, mungkin hanya partikel kecil di dunia maya, tapi kehangatan dan kebaikan hatinya mencerminkan kedewasaan jiwa. Patut dituliskan kisahnya!

:21
Mensyukuri nikmat pagi ini, dalam hembusan angin dari celah-celah pintu depa rumah. 

...

Ming Ching: 

“Orang bijak tahu berterima kasih kepada orang lain, dan memiliki hikmat dalam mensyukuri dirinya. Pertama-tama, kita belajar bersyukur atas diri kita, mensyukuri batin yang semakin kaya.”

“Kebahagiaan anak-anak itu begitu luar biasa, bahkan sejumlah kata sifat di dalam kamus, yang coba dikompres jadi satu kata, tidak akan cukup menggambarkan keagungan batin kalian, yang terpancar pada sinar mata setiap anak.”

...

Dalam tiap hubungan dengan orang lain, pikiran terarah ke diri dulu. Jarang kita memikirkan orang lain, atau memikirkan apa yang mungkin dibutuhkannya (how can I help you?).

...


Memiliki banyak sahabat di setiap masa bukan sesuatu yang muskil. Tapi tak perlu bersusah payah mencarinya, sebab akan selalu ada sahabat yang tepat dalam fase-fase kehidupanmu. Mungkin kau belum menemukannya saja di fase tertentu.

...

Sianne R. Sardi, sangat terbuka dan berterus terang dalam menyatakan sikap. 

“Kalau kamu menikah, tolong jangan undang saya. Saya paling malas mikirin bajunya! Malas dandan dan sepatunya itu... harus hak tinggi... bikin sakit kaki!”

Diberkatilah ia yang jujur mengenai dan pada dirinya. Ia pun terhindar dari hipokrisi.

...

Agustus 2017

:1
The first decade or so of the twenty-first century has seen some large-scale protest movements. From demonstrations against the Iraq War to the Tea Party’s anger at large, invasive government, to the Occupy Wall Street movement’s protest of financial corruption, social upheaval expressed on the streets has become a common scene.

Madeleine L’Engle believes that stories are “about survival.” During the previous “century of war,” L’Engle writes in Walking on Water that “story was in no way an evasion of life, but a way of living life creatively instead of fearfully.”1 Given the looming threats of international terrorism and financial collapse, it’s no wonder that people are turning to stories. We tend to hold tightly to that which helps us to survive. What stories are we turning to? I will argue that the most useful stories for survival purposes are those that—like the Harry Potter novels—teach us to imagine better by first examining our own souls before trying to change the world.

—Travis Prinzi, Don’t Occupy Gringotts:
Harry Potter, Social Upheaval, and the Moral Imagination, Reason Papers 34, no. 1 (June 2012), p. 15.

:4
Meditasi adalah berhentinya pikiran, keheningan tanpa kata-kata (bermakna bagi diri sendiri).

...

Menulis sama srtinya menyampaikan pesan lewat kata-kata, menymbang sesuatu yang lebih baik atau lebih menyenangkan bagi kehidupan (bermakna bagi orang banyak).

...

:6
Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan alternatif-alternatif, saat belum bisa menentukan pilihan, membiarkannya mengalir mungkin adalah satu-satunya pilihan, sambil terus berusaha menutupi “kerusakan” yang mungkin timbul karenanya.

...

November 2017

:30
Menonton ulang Princess Mononoke (1997)* dan masih saja terkesan dengan pesannya tentang kesewenang-wenangan manusia terhadap Alam Semesta, juga lagu penutupnya, yang liriknya ditulis oleh sutradaranya sendiri Hayao Miyazaki (diterjemahkan dari bahasa Jepang oleh Stephen Alpert, dan diadaptasi oleh Neil Gaiman.


Nobody Knows Your Heart 
In the moonlight I felt your heartQuiver like a bow string's pulseIn the moon's pale lightYou looked at meNobody knows your heartWhen the sun has gone I see youBeautiful and haunting but coldLike the blade of a knife so sharp so sweetNobody knows your heart
All of your sorrow, grief and painLocked away in the forest of the nightYour secret heart belongs to the worldOf the things that sigh in the darkOf the things that cry in the dark.

*) mononoke bukan sebuah nama, bermakna spirit atau ruh (forest spirit).

...

Desember 2017

:05
Kamu ingin “naik kelas”, kamu ingin memelajari sesuatu dengan lebih intens, tapi kesempatan tak kunjung datang, apa yang kamu lakukan? Menunggu saja, atau...?

...


:11
Melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan, sesuatu yang ditakutkan, untuk mengawali 2018; kenapa tidak?

...

"Forget safety. Live where you fear to live. Destroy your reputation. Be notorious."

—Rumi (1207–1273)

...

“I hope that in this year to come, you make mistakes.

Because if you are making mistakes, then you are making new things, trying new things, learning, living, pushing yourself, changing yourself, changing your world. You're doing things you've never done before, and more importantly, you're Doing Something.

So that's my wish for you, and all of us, and my wish for myself. Make New Mistakes. Make glorious, amazing mistakes. Make mistakes nobody's ever made before. Don't freeze, don't stop, don't worry that it isn't good enough, or it isn't perfect, whatever it is: art, or love, or work or family or life.

Whatever it is you're scared of doing, Do it.

Make your mistakes, next year and forever.” 


—Neil Gaiman

...

:25
What a beautiful story by Ursula K. Le Guin! Inspired me to write with the theme ‘Life Out of Balance’.


Gedo Senki (Tales from Earthsea)

Film Synopsis
A sailing ship is rolling in the rough sea. The captain orders the weatherworker to calm the sea, but the weatherworker is unable to remember the true name of the sea and the wind despite his efforts. Then suddenly, two dragons appear from the dark clouds. The dragons were devouring one another. For the dragons living in the end of the West to appear in the eastern ocean area inhabited by humans, and to feed on one another was something unthinkable. The balance of the world was collapsing.

Ged was on a journey, searching for the source causing evil disturbances to the world. Ged — once an impetuous and arrogant goatherd boy — is now a mature man, called by others as “Lord Archmage”, the greatest of wizards. During his travels, he meets Arren, Prince of Enlad. The youth was being pursued by a “shadow”. The disastrous force destroying the world’s balance and driving people mad was nearing Arren as well.

Arren fleeing from his shadow and unable to confront his own inner darkness, was very much like Ged in his younger days. The two traveled down the valley, through the mountain and many deserted ruins. Everywhere, farmers had abandoned their fields. The two arrive to Hort Town, the capital palace. The streets were crowded with people, but craftsmen have forgotten their crafts, items being sold there were all fake, slaves were being traded, and hazia addicts thronged in the backstreets. People bustled about from place to place, but seemed to be without sense of purpose. The people’s eyes were fixed on dreams or on death, another world somewhere else.

The two in their quest, seek refuge to Tenar’s place, an old acquaintance of Ged. Tenar was once a priestess that guarded the dark Tombs of Atuan when she was a girl. When Ged recovered the broken Ring of Erreth-Akbe from the Tomb, she was brought out to the world of freedom and light by him. Also living in Tenar’s house was Therru, a girl whose face was marked with a scar of fire. Therru who had been abandoned by her parents, avoids Arren who holds darkness within and occasionally devastated with despair. Arren spends his days laboring in the fields and interacting with nature, taught and guided by Ged how all creation in the universe is realized on a balance. Therru gradually opens her heart to Arren. Yet even during this time, Arren’s fear toward the shadow grows severe and he is troubled by nightmares of being chased by the shadow.

Ged is able to find that a wizard named Cob has opened the door between worlds of the living and of the dead, and that this was triggering the imbalance of the world. This man, once called “Cob of Havnor” had been using of the Pelnish Lore of Paln, and calling up any person he wished from the other world, when asked for with money. In his younger days, Ged was infuriated by Cob who had summoned his master’s spirit, and forcefully took the wailing and resisting Cob to the Land of the Dead and pushed him off to the bottom of fear. After that, Cob vowed to reform and left for the West, but he had actually sworn to himself to get his revenge on Ged.

Arren who fears that he will be unable to control the violent “other self” finally goes away from Tenar’s house. Running away from the shadow and fainting, Arren comes to at Cob’s castle. Cob opens the doors between the worlds of the living and the dead in order to gain eternal life, and plans to kill Ged who is in the way. Arren, whose fear of the shadow has come to a head, is given hazia and loses his senses, and finally tells his true name and falls captive to Cob.


Ged and Therru both risk their lives to bring back Arren to his senses. With their help, Arren overcomes temptation to get eternal life, draws out the sword forged by magical powers and stand face to face with Cob.


Source: Ursula K. Le Guin » http://www.ursulakleguin.com/GedoSenkiSynopsis.html

...

:27
Tak mesti memiliki kesamaan gaya dalam suatu persahabatan—dengan Mas Slamet penampilan kami jelas sangat berbeda, begitu pun dengan musik yang kami sukai—tapi itu tak menghalangi kedekatan kami. 

Interestingly, he considers Klaas de Vries more influential, despite his teacher’s more academic and serial style, rather than Andriessen, with whom he arguably shares more stylistic attributes. Regarding Andriessen, Franssens remarks: When I went to Louis, it was at the beginning of the 1980s. I started with him, because he was the only composer in Holland with which I could relate in a certain way. And still, there are some overlapping ideas we have in common. But on a personal level, it didn’t mesh at all. And that’s the reason why I left him after two years. It was a funny situation. But you feel attracted to someone because you feel he has a part of the same musical identity, but it doesn’t give any guarantee about whether it works or not… [The parts of the similar musical identity] have to do with statics in a certain way, but only in general. I think there is a kind of overlapping interest. For instance, he would say he would be interested in Janet Jackson; he would say he was interested in Plato; and he would say he was very much interested and involved with Bach—all those kind of things. In a certain way, he felt very much connected with people. He has a main interest also in jazz and popular music… So there were a lot of musical ideas and identities that were the same. And that gave me the idea that there would be a good communication, but it didn’t [work]. The other way around, the next teacher I had was Klaus de Vies in The Hague, who was teaching in Rotterdam. And I did not feel attracted to his musical language, but in a personal way and in exchanging my ideas, he meant a lot to me. So it was a strange experience… At the end I studied two years with Louis and five years with Klaus. 
Source: Joep Franssens' Harmony of the Spheres: aconductor's analysis, David Andrew Hobson, 2010
...


Januari 2018

:1
Fajar baru,
hari baru,
(yang dipercayai sebagai) tahun yang baru.

Kokok ayam bertalu, 
kicauan burung, 
tangisan bayi di belakang rumah
dan denting berulang pesan di telepon genggamku, 
terdengar bagai gubahan orkestra kontemporer. 

Lalu jelajah visual dua ekor kupu putih, 
berkejaran di antara bayang dedaunan, 

telah mewarnai halaman pertamaku.

Hanny Kardinata
Bintaro, 1 Januari 2018


...

:5
Kisah “serba kebetulan” dalam menginisiasi IvyU Group di Facebook 
“Josef Bodmer, guru piano saya di Surabaya tahun 1950-an, mengajari saya memainkan Sonatine Ravel. Sejak itu saya merindukan cahaya yang rasanya sudah kenal entah di mana. Kemudian, kebetulan demi kebetulan timbul tenggelam menyusun dirinya sendiri.” —Slamet Abdul Sjukur (1935–2015)

Pada 2018 ini rupanya saya mesti mulai mengubah gaya hidup saya menjadi serba ringkas. Mengantisipasi kemungkinan di mana kami (saya dan isteri saya Shirley) berganti format tempat tinggal ke sebuah apartemen, setelah putera kami Swara menikah. Sebagai konsekwensinya saya harus mulai mengurangi barang-barang kami, terutama koleksi buku, musik, dan film yang memenuhi ruang-ruang rumah kami di kompleks perumahan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.

Timbullah ide untuk mengaktifkan kembali laman IvyU yang pada 2015 saya pakai untuk menawarkan berbagai buku dan CD yang sudah tidak saya butuhkan lagi. Laman ini sudah lama tak saya tengok. Ketika pada 2 Januari yang lalu saya mengaksesnya kembali, di halaman depannya muncul notifikasi dari Facebook bahwa saya bisa membuat grup di WhatsApp (WA) dan menautkannya dengan laman tersebut. Ini suatu kabar gembira yang tentunya bakal bersambut. Tak ragu saya pun mengikuti panduan yang disediakan.    

Ternyata yang terjadi bukannya grup di WA melainkan di Facebook. Grup ini tertaut (linked) dengan laman IvyU. Karena sudah terlanjur, saya mengikuti saja terus petunjuk untuk menlengkapi kelahirannya. Facebook kemudian menganjurkan saya memasang foto sampul yang merepresentasian grup IvyU. 

Kebetulan pada saat yang sama saya sedang mengakses blog IvyU di WordpressBlog yang juga sudah lama tidak aktif ini adalah induk dari semua media sosial yang merupakan bagian dari jaringan IvyU. Di halaman depannya sedang terpampang foto buku The Voices of Silence karya André Malraux. Muncul dorongan hati untuk memilih foto itu, karena judulnya mencerminkan spirit sebagian besar koleksi pribadi saya: budaya.

Untuk membangun jaringan, saya mulai mengundang teman-teman saya di Facebook menjadi anggota grup IvyU. Tentu Facebook memberi pilihan kepada yang terundang untuk menyambutnya atau tidak. 


Teman pertama yang terundang dan berkomentar atas gambar sampul itu adalah kawan lama saya (dari akhir 1970-an), Aditya Kristianto. Ia menulis demikian:


Jadi ingat lagu The Sound of Silence. Sebagian lyrics: People talking without speaking; people hearing without listening....

Komentar ini terasa menggarisbawahi gambar sampul IvyU Group dan mengingatkan saya pada judul salah satu tulisan saya, Keheningan yang Berbicara (mengenai perjalanan persahabatan saya dengan komponis Slamet Abdul Sjukur). Maka saya pun terdorong untuk memublikasikan tulisan itu (terdiri dari tiga bagian) di grup yang semula misinya lebih untuk menawarkan koleksi pribadi saya itu. Erie Setiawan yang membacanya lalu mengirimkan tulisannya, juga tentang Mas Slamet, yang atas izinnya saya publikasikan pula di IvyU Group. Lalu Kusdono Rastika, putera maestro pelukis kaca Rastika, menawarkan karya-karya lukisnya. Kemudian ada info acara pameran tunggal Sigit Santosa di Solo. Semuanya seperti mengalir dan bersama-sama membentuk karakter IvyU Group, bayi yang baru lahir ini, menjadi tempat berbagi pesan-pesan yang memiliki spirit budaya, berupa ide, tulisan, info acara, hingga ajang tukar-menukar koleksi pribadi. 

Saat ini saya masih belum yakin bahwa grup ini bisa membawa manfaat tidak saja bagi diri sendiri melainkan terutama bagi banyak orang. Tapi mungkin ada baiknya saya biarkan saja dulu ia mengalir sesuai cahaya yang menuntunnya. Kalau di kemudian hari ternyata tak berguna, saya toh mempunyai kesempatan untuk sewaktu-waktu menutupnya.


...

:15
Selamat jalan Dolores O'Riordan (6 September 1971–15 Januari 2018). Beristirahatlah dengan tenang dalam keabadian.

Film Chungking Express, Wong Kar-wai (1994) yang memperkenalkan saya pertama kali pada Dolores O'Riordan—mungkin akhir 1900-an atau awal 2000-an, semasa tinggal di kawasan Ciputat—dan sejak itu saya “jatuh cinta” kepadanya.

Obituari:
Ketika Dolores O'Riordan Mendadak Pergi....



DreamsThe Cranberries

Oh my life is changing everyday
In every possible way
And oh my dreams
It's never quite as it seems
Never quite as it seems

I know I felt like this before

But now I'm feeling it even more
Because it came from you
Then I open up and see
The person falling here is me
A different way to be

I want more, impossible to ignore

Impossible to ignore
And they'll come true
Impossible not to do
Possible not to do

And now I tell you openly

You have my heart so don't hurt me
You're what I couldn't find
A totally amazing mind
So understanding and so kind
You're everything to me

Oh my life is changing everyday

In every possible way
And oh my dreams
It's never quite as it seems
'Cause you're a dream to me

Dream to me

Source: YouTube

...

:22




Prophecies (Koyaanisqatsi), Philip Glass (1983)

yaw itam it (If we)
awk haykyanayawk (dig precious things from the land)
yaw oova iwiskövi (we will invite disaster)

naanahoy lanatini (Near the day of Purification)
naap yaw itamit hiita kya-hak (there will be cobwebs)
hiita töt sqwat angw ipwaye (spun back and forth)
yaw itam hiita qa löl mat awkökin (in the sky)

yaw yannak yangw sen kisats (A container of ashes might one day be thrown from the sky)
köö tsaptangat yaw (which could burn the land
töövayani oongawk (and boil the oceans)

Koyaanisqatsi (life out of balance)


Sumber: Kutipan » http://awanombak.blogspot.co.id/p/kutipan.html

...

Maret 2018

:12
Maybe nature is silently calling us home.


...

:17
Apakah ada baiknya aku menciptakan alter ego, a friend in need, di dalam tulisan-tulisanku?

...

:18

Menuliskan "kamus" keheningan, swaraning asepi, kehampaan, emptinessthe voices of silence, ma, ruang kosong sebagai jalan meditasi?

...


April 2018

:1 

Sampai tiba saatnya alam mengambil alih kembali kehidupan dari manusia.

...


Mei 2018


:5

Terlambat menyadari makna persahabatan dari banyak teman, atau yang kebaikannya telah saya sia-siakan, di masa kecil maupun sesudahnya (Eliza Pantouw, Kwee Kuok Min, Liem Hian Swie, Tan Tjiok Gie, Yayok Maryono, The Eng An, Tan Tik Hien, Priyanto Sunarto, Slamet Abdul Sjukur); tulisan di dalam blog ini mudah-mudahan bisa menebusnya, walau tak langsung ditujukan kepada mereka.

...

Unggulan

Merajut Keterhubungan

Sebuah esai merespons tema pameran Forum Grafika Digital 2017 (FGDexpo 2017), Connectivity (Jakarta Convention Center, 24–27 Agustus 2017). ...