21.7.18

Sambutan pada Pembukaan Pameran Ilustrasi ‘Reka Rupa Rasa’

Hadirin yang saya muliakan, selamat sore menjelang malam. 

Izinkan saya menyampaikan sepatah dua patah kata untuk mengantar pameran Reka Rupa Rasa. 

Tiada yang lebih bernilai dari sebuah pameran lintas-waktu selain kesempatan langka yang dibukanya bagi kita untuk merenunginya. Sesederhana apa pun, pameran ini akan membawa kita kembali pada romansa perjalanan yang pernah dilalui oleh para ilustrator kita di berbagai zaman. 

Kita boleh menatap dengan penuh seksama bagaimana ilustrasi dibuat di zaman sebelum ada televisi, video, komputer, internet, media sosial, hingga telepon pintar. Masa di mana desainer grafis disapa sebagai tukang reklame, dan ilustrator sebagai tukang gambar. Tak keliru, karena itulah saat di mana kita melakukan segala kegiatan kita dengan tangan sendiri [ada suatu masa, belum terlalu jauh, di mana kita bermain pun dengan mainan yang kita buat sendiri]. Dan untuk membeli buku gambar, pena, atau tinta, mesti berjalan kaki atau mengayuh sepeda berkilometer ke toko alat-alat tulis. Suatu zaman yang barangkali turut mengilhami Nietzsche menuliskan ujarannya yang bertuah, 
“Beri aku sehelai kertas, pena dan tinta, dan aku akan mengubah dunia.”
Malam ini, dan pada hari-hari berikutnya, sejumlah ilustrator dari berbagai zaman, yang telah turut mengubah dunia—dunia perwajahan kita—berada di tengah kita, menunggu untuk kita sapa. Semoga perjumpaan ini menjadi awal yang membahagiakan bagi kita semua untuk saling berbagi cerita, kisah dari zamannya masing-masing. Terima kasih kepada Engel dan Hermawan Tanzil yang telah menginisiasi peristiwa ini, dan menyediakan Dia.Lo.Gue Artspace sebagai melting pot.

Berjayalah karya anak bangsa. Hidup ilustrator Indonesia! Viva Asian Illustrators!

Hanny Kardinata
Bintaro, 20 Juli 2018

Unggulan

Merajut Keterhubungan

Sebuah esai merespons tema pameran Forum Grafika Digital 2017 (FGDexpo 2017), Connectivity (Jakarta Convention Center, 24–27 Agustus 2017). ...