Tulisan ini telah dipublikasikasikan di buku 3 Tahun Pencapaian Jokowi (2017) sebagai bagian dari 72 tulisan yang memenangkan lomba penulisan yang diselenggarakan oleh Seknas Jokowi dan Seword dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-72, 17 Agustus 2017.
[Bagian pertama dari tiga bagian]
Oleh: Hanny Kardinata
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
[Bagian pertama dari tiga bagian]
Oleh: Hanny Kardinata
“Isteriku terjatuh dan terluka parah saat melintasi bukit terjal ini. Ia berniat mengantar air minum untukku. Aku bekerja di balik bukit. Sejak itu, aku memutuskan untuk membuat jalan pintas dengan cara membelah bukit ini. Cintaku kepada isteriku mengobarkan api semangatku. Tapi keinginan melihat ribuan penduduk desa melintasi bukit kapan jua mereka mau, membuatku sanggup bekerja selama bertahun-tahun tanpa takut dan khawatir.” —Dashrath Manjhi
Untukmu
Orang-orang tertawa dan mengolok-oloknya, bahkan menganggapnya gila. Tapi dia hanya melanjutkan pekerjaannya. Seorang diri. Sepanjang 22 tahun, siang dan malam. Mendaki dan menuruni bukit, dan membelahnya dengan cara memahatnya. Menantang alam, hanya dengan palu dan pahat.
Dashrath Manjhi (1934–2007), seorang petani pekerja yang miskin, sendirian membelah bukit-bukit batu Gehlaur, Bihar, India agar desanya memiliki akses lebih mudah ke fasilitas medis. Selama ini, demi memperoleh perawatan di kota terdekat, penduduk desa harus menempuh medan yang amat sulit dan berbahaya sepanjang puluhan kilometer. Pada 1959, istri Manjhi, Falguni Devi meninggal dalam perjalanan ke kota, karena tidak cepat mendapat pertolongan setelah mengalami kecelakaan di bukit itu. Rasa cinta kepada isterinya telah membekalinya kekuatan untuk memulai pekerjaan muskil itu. Walau isterinya tak lagi bisa menikmati hasil jerih payahnya. Manjhi ingin memastikan warga desanya tidak akan mengalami nasib yang sama sebagaimana isterinya. Dengan jalan setapaknya itu ia bermaksud memperpendek jarak dari 55 km menjadi hanya 15 km. Manjhi memahat bukit dari tahun 1960 sampai 1982 hingga jalan sepanjang 110 m, selebar 9,1 m, dan sedalam 7,6 m itu selesai.
Meninggal pada 2007, Manjhi menerima penghormatan melalui sebuah upacara pemakaman kenegaraan. Dewasa ini penduduk Bihar tak bisa lain kecuali bersyukur atas apa yang telah dikerjakannya. Pada tahun 2006, pemerintah Bihar mengusulkan agar ia memperoleh penghargaan Padma Shri dalam sektor pelayanan sosial. Namanya juga diusulkan sebagai nama sebuah rumah sakit.
Ketika sebuah film mengenai kisah kehidupannya dirancang, ia sedang berada di ranjang kematiannya. Manjhi memberikan cap jempolnya pada sebuah surat kesepakatan, sebagai tanda pemberian hak eksklusif pembuatan film tentang dirinya. Pada 2015, film Manjhi: The Mountain Man dirilis, membawa pesan tentang kekuatan Cinta dan kekukuhan jiwa.
[Bersambung » Memahat Indonesia dengan Cinta (2)]
———
Referensi
Dashrath Manjhi: Some lesser known facts on the Mountain Man who worked for 22 years and carved a path through a mountain. India Today in Education, indiatoday.intoday.in/education.
Dashrath Manjhi. Wikipedia, id.wikipedia.org/wiki.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar