Demi kehidupan
“Tiap orang didesain untuk melakukan pekerjaan tertentu, gairah atas kerjanya itu ada di hatinya.” —Jalaluddin Rumi (1207–1273)
Lihatlah ke luar jendela. Pada burung-burung berkelana di fajar pagi merekah; dengan suka cita, demi sesuap biji-bijian atau serangga bagi anak-anaknya, hingga petang. Rasakan hembusan angin lembut di dedaunan yang sedang melebat. Atau pandanglah kanak-kanak berkejaran riang tak kenal lelah di depan rumah. Dan tubuh sehat kita ini kala terbangun dari tidur malam yang lelap.
Perhatikan bagaimana Alam Semesta bekerja selaras hukum yang ditentukan baginya. Matahari, sumber energi seluruh kehidupan, yang senantiasa bergerak di garis edarnya. Bumi, di mana kehidupan bergulir, yang terus bergerak melintasi orbitnya mengelilingi Matahari. Yang berputar pula pada porosnya, demi menghadirkan siang dan malam. Tidakkah kita merasakan kehadiran energi Cinta di dalam semua yang mengada itu?
Semakin kita menyadari apa yang mendasari terjadinya Alam Semesta semakin kita takjub dengan keindahan desainnya.
Seperti digambarkan oleh peneliti Rolf A.F. Witzsche:
Sebuah atom adalah rongga kosong di mana keajaiban terbentang. Fisika nuklir menyatakan bahwa Alam Semesta tak mengandung materi setitik pun, bahkan di bagian terkecil atom yang paling kecil sekali pun. Melainkan merupakan susunan energi beserta kekuatannya yang tersusun harmonis, di mana tanpanya Alam Semesta tidak akan ada. Di tengah rongga kosong yang membentuk sebuah atom, mengelompok partikel berukuran sangat kecil di mana mengorbit sekawanan partikel yang bahkan lebih kecil lagi di sekelilingnya. Pergerakan mereka sedemikian cepatnya sehingga mereka berada serentak di mana-mana, menciptakan bola yang tampil “padat”. Maka, apa yang disebut partikel itu sesungguhnya bukan entitas padat, namun konstruksi dari berbagai jenis quark, yang oleh para fisikawan didefinisikan sebagai titik-titik energi yang bergerak cepat.
Dengan demikian, apa yang disebut sebagai materi dasar atau partikel dasar itu sebenarnya tidak ada. Segala sesuatu yang kita lihat dengar, atau sentuh, bahkan Bumi tempat kita tinggal ini, hanyalah bangunan pola-pola energi yang diatur oleh prinsip-prinsip harmonisasi yang sekaligus mengungkapkan adanya susunan mendasar dari sebuah Kecerdasan yang luar biasa. Jika salah satu saja prinsip keselarasannya tiada, atau bertentangan dengan pola keseluruhannya, Alam Semesta tidak memiliki landasan untuk eksis, dan karenanya tidak akan ada.
Tapi Alam Semesta memang ada! Yang adalah produk dari ‘Kecerdasan’ luar biasa bersama ’Spirit’ penyelarasnya, yang oleh Rolf A.F. Witzsche disebut ‘Cinta’. Di luarnya tak ada apa-apa. Satu-satunya bangun dasar yang ada di Alam Semesta adalah Kecerdasan beserta Spirit harmonisasinya, yaitu Cinta. Bila Alam Semesta mengada karena Cinta, maka untuk memahami diri kita dengan benar, kita juga semestinya bisa melihatnya dalam cahaya yang sama. Tanpa Cinta, Alam Semesta sama sekali tidak akan ada. Kita juga tidak pernah eksis tanpa Cinta.
Hukum Alam Semesta adalah keseimbangan, semua berasal dari keseimbangan, yang berdasarkan pada prinsip Cinta, yaitu ‘memberi dan diberi’. Dengan mencintai laut, nelayan akan mengenal lebih baik kekayaan laut yang telah memberinya kehidupan. Mencintainya akan membuat nelayan memperlakukan laut dengan rasa hormat, menghargai, menjaga, dan memeliharanya. Laut, bagai tanah bagi petani, adalah hakikat kehidupan nelayan. Seorang petani yang tidak menghayati tanah atau lahannya dengan Cinta, sesungguhnya bukanlah petani sejati.
Ada dimensi spiritual di dalam setiap pekerjaan.
Kala kita menyirami tanaman di kebun, kita berpartisipasi dalam penciptaan. Ketika kita mencat ulang dinding rumah kita, kita membawa keteraturan baru di lingkungan kita. Saat kita memperbaiki perabot rumah yang rusak, kita memperpanjang usianya, serta memperbarui kehidupannya. Ketika kita menyentuh apa saja dengan respek, menjaga dan merawatnya, kita turut mengontrol keseimbangan Alam dan menjadi bagian dari kelestarian Semesta.
[Bersambung » Memahat Indonesia dengan Cinta (3)]
———
Referensi
Rolf A. F. Witzsche. Without Love the Universe Would Not Exist. lovescapenovels.rolf-witzsche.com.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar