Oleh: Hanny Kardinata
“Di zaman spesialisasi ini orang bangga dapat mengerjakan satu hal dengan baik, tetapi jika semua itu saja yang mereka ketahui, sesungguhnya mereka telah melewatkan banyak hal lain yang ditawarkan oleh kehidupan ini.” —Dennis Flanagan (l. 1919)
Perselingkuhan yang damai
Ibu saya tutup usia pada 27 Maret 2014. Bersama paman saya, Halim Indrakusuma (l. 1928) [Lihat: Merawat Taman yang Bukan Tamannya], saya baru bisa berangkat ke Surabaya dua hari kemudian. Tapi karena ada kendala teknis, pesawat yang kami tumpangi dari Jakarta tertunda waktu keberangkatannya. Kami tiba di rumah duka, di mana jasad ibu disemayamkan, pada sekitar pukul 20.00 malam. Akibatnya, saya tidak beroleh kesempatan bertemu sejumlah teman masa kecil saya [semasa masih tinggal di Surabaya] yang datang melayat.
Tapi pada malam itu ada dua teman yang masih sabar menunggu kedatangan kami, Aucky Hinting dan Hary Yong Condro. Aucky teman sekolah saya semasa di SD dan SMP Petra, telah menjadi dokter spesialis bayi tabung yang terkemuka [satu di antara sedikit profesi sejenis di Indonesia, bahkan mungkin di dunia]. Sementara dengan Hary saya pernah seangkatan di SMA Petra, dan kemudian bersua kembali di Yogyakarta, saat sama-sama kuliah di STSRI Asri. Belakangan, Hary dikenal sebagai seniman fotografi. Kami bertiga segera terbenam dalam percakapan beraroma nostalgia.
Aucky tampak tak berubah, terlihat masih seperti empat puluh enam tahun yang lalu. Yang berubah dan “mempertemukan” kami kembali adalah minatnya pada dunia seni. Rupanya sejak beberapa tahun terakhir ini ia serius menekuni seni rupa.
Melalui telepon genggamnya, ia memperlihatkan beberapa karya ciptanya. Yang mengundang keingintahuan saya adalah ketertarikannya untuk menyetubuhi dua dunia sekaligus, dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), serta dunia seni, yang berbeda daya tarik sensualnya itu. Bukan sekadar sebagai pemerhati [Aucky juga seorang kolektor lukisan dan memiliki pergaulan luas di kalangan pencinta seni] melainkan sebagai pelaku. Ia melukis, mematung, dan membuat karya instalasi.
Menarik, karena dalam kehidupan yang cenderung semakin terkotak-kotak dewasa ini—di mana spesialisasi dan super spesialisasi semakin diminati—ia justru menggauli dua bidang yang sangat berbeda karakternya itu sekaligus. Seakan-akan satu saja belum cukup banyak menuntut perhatiannya.
Bayi tabung adalah kegiatan sehari-harinya yang telah ia geluti sepanjang lebih dari tiga puluh tahun. Sejak lulus sebagai dokter pada tahun 1979, Aucky bekerja sebagai dosen di Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, mendalami Biologi Reproduksi dan Andrologi (Kesehatan Reproduksi Pria). Kesempatan untuk mendalami dan melakukan riset di bidang reproduksi manusia ia raih ketika beroleh bea siswa ke Amerika Serikat pada 1983–1984. Di sana ia berhasil meraih sertifikat keahlian di bidang Andrologi dan Biologi Reproduksi.
Beberapa saat sebelum kembali ke Indonesia, Aucky menghadiri sebuah seminar mengenai bayi tabung (In Vitro Fertilization). Ini menjadi titik awal timbulnya hasrat mempelajari bayi tabung, yang merupakan masa depan dunia kedokteran, khususnya di bidang reproduksi manusia. Seperti diketahui, bayi tabung pertama di dunia, Louise Brown berhasil dilahirkan di Inggris pada 1978.
Sepulangnya ke Indonesia pada 1984, sebagai dosen [ia kembali mengajar di almamaternya], Aucky ditugaskan mengikuti pendidikan Akta Mengajar V. Pada kuliah filsafat ilmu, ia memperoleh pengertian mengenai batasan dan uraian tentang seni, yang membekalinya dengan pemahaman mengenai hubungan antara ilmu pengetahuan dan seni (art). Art dalam pengertiannya yang umum dan konvensional dipahaminya sebagai ekspresi dari kreativitas atau imajinasi yang menghasilkan karya seni yang bisa diapresiasi secara estetika dan emosional.
Kesempatan emas diraihnya pada 1986 ketika Aucky memperoleh bea siswa ke Belgia untuk belajar mengenai bayi tabung. Secara umum teknologi bayi tabung diistilahkan dengan Assisted Reproductive Technology (ART) yaitu semua prosedur pengobatan yang meliputi penanganan di luar tubuh (in vitro) dari sel sperma dan sel telur untuk menghasilkan kehamilan. Ia merasa beruntung karena belajar di sebuah institusi yang baru saja mengembangkan ART, sehingga beroleh keleluasaan untuk mengembangkan kreativitasnya.
Bersama timnya, pada akhir 1986 Aucky menghasilkan kehamilan pertama bagi pasiennya. Keberhasilan yang terus diikuti dengan sejumlah kehamilan dan kelahiran lainnya. Peristiwa ini dihayatinya sebagai Art yang terekspresikan pada ART melalui kreativitas dan imajinasi yang menghasilkan karya berupa kelahiran bayi yang diapresiasi secara nyata dan emosional oleh pasien, keluarga, dan tim dokter yang menanganinya [dari sinilah nantinya muncul gagasan untuk menamai pameran tunggalnya yang pertama (2011) dengan Art of the ART]. Aucky menyelesaikan studinya di Belgia pada 1989 setelah memperoleh gelar PhD in Reproductive Medicine (Ph.D. Sp. And.).
Merebut kembali kebebasannya
Hasrat mendalami seni mulai timbul saat di Montreal tahun 2000. Yaitu setelah membaca beberapa buku sejarah seni murni yang merupakan mata kuliah anaknya, serta mengunjungi pameran karya Édouard Vuillard (1868–1940) (Gb. 1) di Montreal Museum of Fine Arts. Maka sejak 2003, Aucky pun aktif mengunjungi pameran-pameran lukisan di Indonesia, mengoleksi karya seni, dan bergaul dengan para seniman, terutama yang tinggal di Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.
Merasa gagal mengoleksi lukisan-lukisan yang diinginkannya, pada kisaran 2007 Aucky mulai tertantang untuk bisa melukis sendiri. Ia menggambar alat-alat medis seperti mikroskop, inkubator, dan apa yang dilihatnya di bawah mikroskop, di dalam inkubator, serta imajinasi-imajinasi tentang hasil karya ART seperti kehamilan, janin, dan bayi.
Membuat sketsa-sketsanya tidak terlalu sulit baginya karena sehari-harinya ia mengajar menggunakan spidol pada white board. Dan menjelaskan proses kelahiran bayi tabung pada pasiennya dengan menggambar di atas kertas. Jelasnya:
“...[berbagai alat] dapat bekerja karena ada manusia di belakangnya, khususnya mata dan kepala (otak) yang melihat dan menganalisis apa yang dilihat sehingga bisa menghasilkan karya untuk keberhasilan ART. Sehingga saya selalu mengekspresikan alat-alat dan proses teknologi yang saya gunakan sebagai satu kesatuan dengan manusianya di balik alat itu untuk menghasilkan karya-karya sampai akhirnya menghasilkan apa yang diinginkan berupa embrio, janin, kehamilan, dan kelahiran bayi. Seakan-akan saya memanusiakan atau menyatukan dengan manusia alat-alat teknologi tersebut.”[1]
Dari kertas berlanjut ke kanvas, dan sejak 2008, lajunya dalam melukis sudah tak terhentikan lagi. Di sela-sela waktu yang sempit karena pekerjaannya sehari-hari, Aucky terus berkarya. Ia tak lalu berhenti pada karya lukis saja, tapi juga mengeksplorasi bentuk tiga dimensi (patung dan instalasi).
Sementara dunia iptek telah begitu terbelah dalam spesialisasi, menurut Aucky, dengan mengekspresikan diri melalui seninya, seorang ilmuwan bisa merebut kembali kebebasannya. Dengan cara demikian iptek juga menjadi terbuka untuk diapresiasi oleh masyarakat luas, tidak lagi terkurung di dalam sangkar emas atau menara gading.
2. Aucky Hinting.
|
———
Daftar Pustaka
[1] Hinting, Aucky. Art of the ART: Perjalanan Fertilisasi Iptek dan Seni. Katalog pameran Art of the Art, 2011.
[Bersambung » Bersetubuh dengan Dua Dunia (2)]
***
C A K A P A N A T A S B E R S E T U B U H D E N G A N D U A D U N I A ( 1 ) :
Taufiqurrahman Al Azizy (TAA):
Pertanyaan yg mengusik sepanjang laju perkembangan sains: Benarkah sains memerdekakan (manusia), atau malah menjatuhkan (derajat) manusia?
Tampaknya, perspektif yg paling masuk akal dan manusiawi adalah: Sains harus dibebaskan dari cengkeraman kekuasaan dan kepentingan yg justru menghancurkan. Dlm lidah Islam, sains harus dibebaskan pada kehendak nafsu. Penemu nuklir adalah org yg paling tidak berbahagia dengan penemuannya, sebab kekuatan kekuasaan dan kepentingan rendah bisa memanfaatkan penemuan ini untuk menghancurkan... lalu apakah kemudian kita menolak nuklir?
Penemu bayi tabung jg akan mengalami dilema moralitas ketika penemuan itu diarahkan dan ditujukan untuk kepentingan jahat.
Sisi lain, seni bisa menjadi 'jalan keluar' bagi sains yg 'bebas nilai'. Namun tetap saja ini bisa menarik pada hubungan dikotomis antara sains dan seni.
Tantangan paling besar kepada sains, sesungguhnya adalah bagaimana mendudukkan sains di atas kekuasaan dan kepentingan rendah tadi. "Einstein harus berkuasa atas Roosevelt", dan yg kini terjadi " Einstein tunduk di bawah duli Rosevelt".
Just sharing Pak Hanny. Ditunggu, kelanjutannya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kajitow Elkayeni (KE):
Dosa terbesar kita adalah menjadikan sains sebagai tulang punggung dalam modernisme. Rasionalitas tak pernah bisa berdiri sendiri. Kita butuh sisi lain seperti seni, atau lebih luas tradisi dan agama.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TAA:
Ini karena doktrin empirisme-positivisme di hadapan rasionalisme. Cartesian-Kant "kalah" di hadapan Locke, Barkeley, dan Hume. Bila saat itu "Filsafat Ilahiah" yg menang, modernism bisa mendudukkan seni dan agama pada tempatnya yg tinggi, dan sains menghamba padanya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Itu di antara beberapa kritik terhadap modernisme. Kita terlambat menyadari kesalahan ratusan tahun tersebut. Saat dunia ini telah bergerak menuju pada proses kepunahan ke enamnya. Mungkin masih bisa diperlambat.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Hanny Kardinata (HK):
Demikianlah dinamikanya dalam upaya mencari keseimbangannya. Selalu ada "perjalanan kembali".
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Perjalanan kembali yang sangat mahal pak...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HK:
Memang, menunggu kerusakannya sampai di "puncak" sebelum berbalik.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TAA:
Beberapa minggu setelah saya menerbitkan buku "Pithecantropus Erectus ataukah Adam Bapak manusia", kritik berlembar2 ditujukan pada saya dari " saintis" tanah air. Saintis yg memahami sains dalam balutan modernitas. Padahal saya bicara dari falsafah sains dan agama. Kesimpulan: Perlu segera turunnya Yesus dan Imam Mahdi untuk menyelesaikan kekacauan ini.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Kelompok posivistik memang sama keras kepalanya dengan kaum fanatik agama.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Michael Sendow (MS):
Luarbiasa. Saya juga sangat senang berdialektika dengan Stephen Hawking....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Oni Suryaman (OS):
Ilmu alam sudah sampai ke bulan dan jauh ke planet2, tetapi ilmu psikologi masih jaman pra teknologi.
Pemahaman kita tentang manusia masih sangat kurang. Kita masih mengandalkan agama untuk menjelaskan banyak fenomena manusia
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
MS:
Tentang science, di mana peran God dalam penciptaan...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TAA:
Contoh: Einstein. Dia percaya tentang God. Percaya pula keterlibatan-Nya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Hawking setahu saya akhirnya tidak percaya Tuhan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HK:
Beberapa fisikawan justru lebih "peka" dalam melihat keterlibatan Energi Tuhan dalam penciptaan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Mereka yang menyadari kelemahan ilmu pengetahuan akan bersandar ke sana Pak.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Nurdaini Latifah (NL):
Tapi kok, banyak orang-orang sains yang masuk ateis. Salah satunya ITB. Tapi, orang-orang sains Unpad malah terlibat Islam ke PKS-PKS-an
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Pada saat perang dunia 2 dunia terkejut melihat kekejaman sains dalam bentuk mesin2 perang. Begitu pula betapa filsafat lewat Heidegger bisa membela rejim seperti Hitler. Namun saat ini justru terjadi gerakan mundur lewat anti intelektualisme. Makanya bisa balik bumi datar
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
KE:
Mungkin mereka putus asa.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HK:
Saintis yang mengembangkan sains sebagai sains (pure science) tanpa mau dibebani oleh nilai-nilai cenderung ateis.
Contohnya tersebut di atas: Hawking (mungkin).
(Merespons komentar NL: Tapi kok, banyak orang-orang sains yang masuk ateis. Salah satunya ITB. Tapi, orang-orang sains Unpad malah terlibat Islam ke PKS-PKS-an)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NL:
Saya agak gak faham. Terkait tanpa mau dibebani oleh nilai-nilai cendrung ateis. Yang saya fahami, setiap ilmu pada akhirnya membuat manusia berfikir. Nah, pada saat manusia berfikir sains ini akan mengarah ke mana? Saya juga setuju mas @Kajitow
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
HK:
Saintis yang mengembangkan pure science melakukan penelitian tanpa dibebani oleh nilai-nilai agama. Mereka misalnya yakin bahwa selalu ada jalan keluar dari apa yang oleh agama-agama dipercayai sebagai "akhir zaman", dan berjuang untuk meraihnya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Betul. Percaya adanya Tuhan tidak harus diterjemahkan dgn bergabung jd umat 'organised religion'.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
TAA:
Ditambah lg bila punya pandangan minor terhadap agama, tambah cenderung atheis
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Noor Cholis (NC):
Yang paling menarik adalah bagaimana sains mencari jalan manusia mengalahkan kematian
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Rudi Wijaya (RW):
wah artinya rancu nih pak, kematian kok dilawan. Kematian hrs diterima dgn lapang dada krn itu kehendak Yang Kuasa
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Ya, itu batas yang diberikan Tuhan, sains akan selalu mencari cara melawan penuaan dan kematian. Atheis sebenarnya lebih byk berkembang di barat, di kalangan muda, ya karena mereka 'mendewakan' sains
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Atheisme sepertinya mmg hampir selalu di"anjurkan" oleh saintis terkemuka, tengoklah Stephen Hawking yg sebenarnya cacat seluruh tubuh, mencetuskan bahwa tidak butuh campur tangan Tuhan untuk terjadinya alam semesta, cukup dg gravitasi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
jgn lupakan sejarah yg tlh mengajarkan kita bhw sains itu tdk bisa melawan Kehendak Yang Maha Mencipta, saat Kapal Pesiar Titanic diklaim tdk akan bisa tenggelam dlm kondisi apa pun, Atas Kuasa YME kapal hasil kesombongan manusia tsb akhirnya TENGGELAM
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
korban tewas bom atom di jepang diberitakan sbyk 129rb jiwa, apakah sains nuklir ini bisa dikatakan melawan kematian?
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Ya, dlm bidang apapun kecongkakan selalu berakhir kesialan, makanya harusnya diselaraskan agama dan sains, biar sains lebih "tahu diri"
Haha bom atom jelas "ngewangi" kematian orang jepang, tp memberi "kehidupan" orang US
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Setuju, dan timbangan yg sama juga harus diberikan kepada agama. Agama sudah terlalu congkak beberapa dekade terakhir ini.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Marilah kita rendah hati, kita semua tidak ada yg memegang kunci kebenaran, entah sains maupun agama.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Ada bedanya Pak Oni.
Sains - esensinya adalah mencari kebenaran. Agama - kebenaran sdh ada, yg tertulis di Kitab Suci dsb.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Saya kurang sependapat untuk kebenaran yang sudah ada di kitab suci. Ini hanya pendapat saya, kebenaran yang ada di Kita Suci itu perlu ditafsirkan kembali. Saya sendiri sebagai yang beragama muslim, seringkali membaca ada ayat yang ambigu. Terlebih jika dikaji lebih jauh, ada terdapat ayat yang harus di Nasikh dan Mansukh
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Saya sependapat Bu Nur. Tuhan memang absolut, tetapi otak kita terlalu kecil untuk mengklaim kita mengerti keabsolutan Tuhan.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Setuju ttg interpretasi. Tapi kalau gak ada kitab suci drmana agama mendptkan dasar pengajaran moral, etika dll? Kitab suci salah satunya. Yg lain adalah pemahaman ttg fenomena (mis dlm animisme)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
uda lihat film Lucy 2014 ? bagus filmnya
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
That's my point. Jika kita menuntut sains tidak arogan, agama pun harus dituntut tidak arogan, kalau tidak kita kembali ke abad kegelapan di mana ilmu menjadi hamba agama.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
Agama tidak arogan—itu terjadi koq di negara yg memisahkan agama dg politik. Indonesia belum ke sana, masih baru wacana yg dilontarkan Jokowi.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Ya, mungkin pernyataan saya tadi agak generalis. Tidak semua agama mengklaim kebenaran universal.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Nah itu dia. Apakah manusia akan tidak bermoral tanpa agama? Belum tentu. Lengkapnya silakan baca buku The Moral Animal. Kalau mau bukunya PM dan kasih alamat email. Saya bagikan file-nya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Setuju.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Kitab suci itu tidak selalu jatuh dari langit lo. Itu hanya berlaku bagi rumpun agama Ibrahim (dan mungkin beberapa agama lain
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Buddhism dan Hinduism bukan agama sebenarnya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Hati2 bu Alfa, kita tidak bisa mengklaim agama orang adalah agama atau bukan, karena itu bias kepercayaan kita sendiri
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Ok deh. Sekali lg, kekhawatiran Pak Oni ini berlaku di Indonesia. Seorang pendeta Buddha sampai harus meyakinkan sy bhw Buddhism is a philosophy, not a religion.
Pendeta tsb asal Thailand.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Yg dikatakan pendeta itu benar. Buddha "bukan sekadar" agama. Ia juga fisafat, bahkan sains, terutama kalau mengacu pada kitab Abhidhamma. Maksud saya adalah kita tidak bisa pukul rata semua agama. Apalagi dgn menggunakan konsep definisi agama menurut agama tertentu.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Terima kasih utk pengertiannya. Sy agak ngeri kalau diskusi ttg agama dg orang2 Indonesia. Takut dikeroyok kalau ada salah pengertian
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Gregorius Wijoyoko (GW):
Wah....wah...diskusi agama dan sains perlu ada referensi lah mas bro dan mbak sis.....sejauh saya ngerti semua debat ini akhir2 mengacu pada tiga hasil....1. Agama dan sains harus dimengerti terpisah karena objek kebenarannya berbeda...2. Salah satu merasa paling benar ....3. Agama dan sains saling melengkapi....faith without sains itu buta, sains tanpa agama itu seperti otak tanpa nurani...."fides quarens intellectum"...
Tapi ya ga isa kita menyimpulkan sendiri2.....terlalu luas....orang Hawking aja bingung ko....dia sempat buat dua kesimpulan yang berbeda tentang penciptaan semesta...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
jgnkan si Hawking, sains sampai skrg blm bisa menjelaskan darimn kehebatan sel sperma dan ovum yg bisa bergabung membentuk seorg manusia baru\. Kata guru biologi sy dl : DNA itu drmn terbentuknya? cuma Maha Kuasa yg tau
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Ya begitulah....pada akhirnya hanya yang mendekati kesucian...atau yang ahli sains dan rendah hati yang mengerti.....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Evan Kurniawan (EK):
Um.... Bentuk dna double helix dan search google ada kok gambarnya
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/07/bagaimana-hubungan-sains-dan-agama
http://m.kompasiana.com/hajriadi/menyiasati-konflik-tua-antara-sains-dan-agama_55292c7e6ea83453778b45a9
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
https://plato.stanford.edu/entries/religion-science/
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Ada beberapa pendapat orang tua yang mengatakan kalau orang sungguh2 jenius terhadap sains dia akan semakin religius (terlepas apapun agamanya), dan orang yg sungguh2 menyelidiki agama akan semakin peduli terhadap sains....tapi saya belum di tahap itu...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW;
vatikan yg menolak teknologi alat kontrasepsi
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Wenita Susilo (WS):
Bukan gitu. Bukan masalah teknologinya tapi niatnya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Maksudnya?
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
WS:
Di Katholik, suami istri berhubungan dengan tujuan mengembangkan keluarga. Jadi kalau hamil berarti berkat.
Jadi gak boleh dihalangi/diakalin dengan alat kontrasepsi supaya bisa main tanpa resiko hamil.
Gitu kira2.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Kyknya di Islam jg sama
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
WS:
Nah itu alasannya menolak alat kontrasepsi. Bukan krn menolak teknologinya.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Kalau menurut saya, alat kontrasepsi tidak terlalu efisien utk tubuh sih....Vatikan memberi alternatif kan...pengendalian diri dengan kb alamiah...liat kalender...
Kontrasepsi toh tidak terbukti secara meyakinkan mengendalikan populasi
Untuk mengendalikan populasi ya dengan mengendalikan hawa nafsu....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
RW:
dulu wkt smp, guru agama Buddha saya prnh membahas ttg euthanasia, akhirnya beliau dgn jelas mendukungnya, walau pun dlm Buddhis sendiri bertentangan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Ada beberapa penyakit kanker dll karena tubuh terlalu menerima banyak zat2 asing seperti pil2 kontrasepsi dll...kondom juga bisa bocor...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Eutanasia sedikit kompleks...tidak bisa digeneralisir....harus lihat kasus per kasus menurut saya...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
NC:
Klo iud?
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Masing2 wanita kan punya daya tahan masing2 mas bro....tidak bisa satu berhasil, yang lainnya jg ikut berhasil..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Religious atau spiritual?
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Re = kembali....ligare = mengikat....religius sejauh saya tahu mengikat kembali pada sang pemberi hidup....mungkin sinonim dg spirit...ual..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
Pengertian sy pribadi sih ya (mungkin benar mungkin salah) religious itu bagian dr proses menjd spiritual.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
...kan topiknya internasional bro....kalau hanya referensi lokal takutnya perspektifnya ga lengkap...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alfa:
setuju Pak. Lgian yg kayak gini mungkin cuma jd bahan diskusi di STF Driyakara, gak nyampe ke kelas2
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Di Semarang dan Yogya kadang diskusi lho...antar dosen...antar mahasiswa....tapi bumi datar dilarang ikut...topiknya sensitif..
Tapi yg suka filsafat...bukan ke dogma
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Sebenarnya mulai ada generasi "konstantin" tapi komunitas kecil sih....mereka yang menentang Tuhan sekaligus menentang setan.....mereka hanya peduli kemanusiaan...ya sama agama ga peduli, sama urusan duniawi ga fokus....fokusnya ama urusan2 kemanusiaan....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Cerita Konstantin tu sebenarnya filosofinya dalam menurut saya. Dia orang yang jengkel ko nasib manusia cuma jadi pertaruhan Tuhan dan setan. Kalau manusia pilih jadi "budak" Tuhan maka nanti setan kalah, kalau manusia pilih jadi "budak" setan" nanti Tuhan kalah. Nah Konstantin memilih memerangi mereka semua dan memilih "kebebasan" absolut sebagai manusia. Gt...kira2..
Kaya Hercules yang memerangi monster dan dewa2 yang mau mengendalikan nasib manusia..
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
OS:
Saya rasa kita tidak perlu terlalu jumawa untuk berniat menyelesaikan dialog agama vs sains. Yg penting didiskusikan dan memaparkan masalah dgn jelas. Biar sudut pandang semakin luas, bukan terlalu berfokus pada menang2an
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
GW:
Ironisnya, agama dan sains tu hyper paradoks....dua2 sangat berkontribusi pada kemajuan kemanusiaan.....di lain sisi, dua2nya juga berperan besar terhadap tragedi2 kemanusiaan...
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Adi Wira Kusuma (AWK):
Kata agama sj dr sansekerta, yg artinya tidak kacau. Lalu hindu budha lebih menekankan ke spirit/motivasi, ketimbang religion. so ....
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Shanty M. (SM):
Buddhism agak kyk way of life ya. But then again ada banyak macam sekte dan masing2 penekanannya bisa beda2.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar