12.12.17

Memaknai Kompetisi

(Sebuah renungan menyertai Kompetisi Desain '1001 Cover Concept'-April 2007)



Apa yang terjadi jika sejak kecil, mulai dari lingkungan keluarga, kita dididik untuk selalu memenangkan kompetisi? Tidakkah sistem ranking di sekolah telah memacu para siswa untuk mencapai yang terbaik, dengan cara apa pun, bahkan seandainya dengan cara tidak jujur sekali pun (nyontek, beli soal dsb)? Dan bagaimana kalau kebiasaan itu kemudian kita bawa ke lingkungan kita berikutnya, tempat kerja kita? Bukankah akumulasi dari kebiasaan berkompetisi ini suatu saat akan bermetamorfosis menjadi benih kanker korupsi? Korupsi, tidak saja dalam arti harafiah tapi juga mental? Jiplak menjiplak misalnya.

Lalu apakah berkompetisi selalu bersifat negatif? Tidak juga, yaitu kalau kebiasaan berkompetisi ini diarahkan ke diri sendiri, bukan terhadap orang lain. Bukankah sejarah mencatat kebudayaan berkembang karena manusia terus berusaha meningkatkan pencapaian dirinya? Hari ini mesti lebih baik dari kemarin, dan besok lebih baik lagi dari hari ini. Lebih baik bukan dari saingan anda tapi... dari diri anda sendiri sebelumnya!

Belajarlah kepada Edison, Newton atau Einstein. Atau tontonlah October Sky, kisah nyata keteladanan Homer Hickam memenangkan kompetisi terhadap dirinya sendiri. Semuanya bermula ketika Homer menyaksikan satelit pertama Sputnik melintas di kotanya yang menginspirasinya untuk belajar membuat roket. Dibantu oleh beberapa temannya, dari hari ke hari Homer terus berusaha meningkatkan kinerja roket yang dibuatnya secara trial-and-error itu (dimulai dari 30 kembang api!), sehingga akhirnya berhasil membuat pencapaian jarak terjauh yang dimungkinkan oleh sebuah roket rumahan. Pada bagian akhir film dikisahkan Homer dkk. mengirimkan hasil karyanya ke kompetisi tahunan National Science Awards, dan berhasil memenangkannya. Pencapaian diri yang diperoleh dengan menaklukkan berbagai rintangan yang semakin sulit, yang pada gilirannya membentuk kematangan pribadi dan mengantar Homer ke takdirnya sebagai instruktur NASA.

Dalam berkarya, galilah potensi diri anda sendiri, temukanlah jati diri anda. Anda tidak harus dan tidak perlu membandingkan kemampuan anda dengan desainer lainnya. Mengapa demikian? Karena Tuhan merancang kita masing-masing sedemikian uniknya sehingga tidak ada yang benar-benar serupa di dunia ini. Dengan demikian tiap desainer diharapkan mampu menemukan keunikannya masing-masing dan kemudian menjalankan perannya yang berbeda-beda.
Yang jago menggambar, karyanya akan memiliki kandungan ilustrasi yang imajinatif (Tadanori Yokoo, Tjahjono Abdi). Yang memiliki sense yang kuat di bidang tipografi akan berkomunikasi secara persuasif melalui huruf (Kit Hinrichs, Danton Sihombing). Yang kuat di fotografi akan melahirkan karya desain yang fotografis-ekspresionistik (Hipgnosis/StormThorgerson). Jadi selalu ada bidang-bidang khusus di mana tiap desainer bisa melayani masyarakatnya sesuai dengan kemampuannya.

Renungan singkat ini saya akhiri dengan kata-kata bijak Dalai Lama: 
"I think there are two types of competition, or even a variety. One type you usually see quite often, a certain kind of jealousy, or some negative motivation, and then, of course, competition and compassion are contradictory. Then there is another kind of competition, I think, with a sincere motivation. For example, sometimes we as individuals, even within ourselves, feel: 'Yesterday, I did such and such a thing. Today I have to do it better than yesterday.' You see, there is some kind of competitive feeling, but there is no negative motivation." (Art Meets Science and Spirituality in a Changing Economy, editor: Louwrien Wijers, hal. 58).

Hanny Kardinata
5 April 2007


.  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  .  




***



Tulisan-tulisan lainnya di sini.
***

Tidak ada komentar:

Unggulan

Merajut Keterhubungan

Sebuah esai merespons tema pameran Forum Grafika Digital 2017 (FGDexpo 2017), Connectivity (Jakarta Convention Center, 24–27 Agustus 2017). ...