[Bagian terakhir dari tiga bagian: Perjalanan DGI V 3.0 (tengah 2013–awal 2014). Sambungan dari Perjalanan Tujuh Tahun Situs Desain Grafis Indonesia (DGI): 2007–2014 (2)]
2013: DGI V 0.3
Perkembangan DGI paling signifikan terjadi ketika pada Juli 2013 beberapa kali saya bertemu dengan Ismiaji Cahyono (Aji) dan Citra Lestari membahas mengenai masa depan DGI. Sejak satu dua tahun terakhir ini, saya memang terus memikirkan kemungkinan melakukan regenerasi pengelolaan DGI, tetapi belum menemukan solusi yang tepat. Kebetulan Aji dan Citra pindah ke perumahan Bintaro Jaya, berdekatan dengan tempat kediaman saya. Saya menawarkan pengalihan pengelolaan DGI kepada mereka berdua yang segera bersambut.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sabtu, 31 Agustus 2013
Setelah beberapa kali pertemuan, Aji sudah memiliki gambaran mengenai arah pengembangan DGI. Beberapa hal penting yang direncanakan selain upgrading situs DGI (DGI V 0.3), antara lain mengenai akan semakin banyaknya penyelenggaraan aktivitas offline (lokakarya, talkshow, pameran, ajang-ajang penghargaan), pengembangan produk-produk DGI termasuk divisi penerbitan, DGI Store, dll. serta kelanjutan pengembangan Museum DGI.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Awal September 2013
Merespons tawaran Forum Grafika Digital (FGD)—melalui salah seorang aktivisnya, Peter Natadihardja—untuk mengisi sebuah booth di FGDexpo 2013 (26–29 September 2013), DGI menggandeng tiga desainer muda yang sedang menanjak kariernya, Yan Mursid, Novita Angka (Ipit), dan Adi Handoyo merancang konsep booth DGI dengan tema yang berpijak pada slogan DGI: Membimbing pemahaman di antara desainer grafis Indonesia dan persimpangannya dalam seni, desain, kebudayaan, dan masyarakat.
Bertolak dari kenyataan bahwa desainer grafis masih merupakan profesi yang belum banyak dipahami dan diapresiasi masyarakatnya—Yan, Ipit dan Adi mengajak para desainer grafis untuk bangga pada profesinya terlebih dulu lewat sebuah proyeksi video pada layar backdrop yang menampilkan rangkaian profil desainer-desainer lintas generasi, yang masing-masing menyebutkan namanya sambil mengucapkan kalimat "Saya seorang desainer grafis".
Video itu diekspos di atas naskah slogan DGI yang terbuat dari akrilik putih yang dibentuk menggunakan teknologi laser cutting dan ditempelkan pada backdrop. Bentuk booth sederhana dengan rak kecil di sisi belakang untuk merchandise dan brosur DGI, dan meja yang terletak di sisi depan yang dipakai untuk menyimpan LED TV yang memuat reel yang merekam audio-video profil desainer-desainer itu.
Video itu diekspos di atas naskah slogan DGI yang terbuat dari akrilik putih yang dibentuk menggunakan teknologi laser cutting dan ditempelkan pada backdrop. Bentuk booth sederhana dengan rak kecil di sisi belakang untuk merchandise dan brosur DGI, dan meja yang terletak di sisi depan yang dipakai untuk menyimpan LED TV yang memuat reel yang merekam audio-video profil desainer-desainer itu.
Konsep booth DGI di FGDexpo 2013 dirancang oleh Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo.
|
Beberapa hari menjelang pembukaan pameran direncanakan untuk juga menyebar kampanye mim (Inggris: meme*) lewat media-media sosial yang mengungkap pengalaman-pengalaman para desainer grafis dalam menjalankan profesinya (Gb. 89).
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Sabtu, 7 September 2013
DGI memperkenalkan divisi penerbitannya, DGI Press.
DGI Press dikembangkan sejalan dengan komitmen DGI membina pemahaman antar desainer grafis dan persimpangannya dengan lintas disiplin–lewat materi bacaan yang menuntun ke pemahaman “Indonesia”–jati diri bangsa, jati diri desainer grafis itu sendiri.
Identitas DGI Press dirancang oleh Henricus Kusbiantoro dari kota New York. Esensi logo DGI Press sebagaimana dijelaskan oleh Henricus:
“In South East Asia, the common durian is often regarded as a symbol of mystique and surprise because of its spiky and tough outer appearance, a pungent and lingering aroma that permeates everything around it, and an indescribable delicious flavour that ranges from sweet to bitter and a texture that's creamy and sometimes sticky. The idea of surprise, aroma and memorable is perfect metaphore for Desain Grafis Indonesia Press for go international in very distinctive and provocative way”.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Senin, 23 September 2013:
3 hari menjelang pembukaan hingga pada hari pembukaan FGDexpo 2013 (26 September 2013), DGI menyebar mim melalui laman DGI di Facebook yang esensinya mengkritisi profesinya, menyindir atau menyentil diri sendiri, di antaranya:
"Desainer grafis? Oh seniman ya?"
"Desainer grafis? Yang kerjaannya bikin spanduk ya?"
"Anak saya desainer grafis, gak tau tuh kerjaannya ngapain"
"Desainer grafis ya? Kalau cetak undangan berapa ya satunya?"
"Ehm... gak tau deh, pokoknya saya gak suka aja sama desainnya...
"Buatin saya logo kayak gini dong, bedain aja dikit warnanya"
"Ongkos cetaknya udah mahal tuh, desainnya gratis aja ya"
"Tolong buatin saya brosur, tapi untuk besok pagi bisa kan ya?"
Mim yang disebar melalui laman DGI di Facebook selama 3 hari berturut-turut menjelang pembukaan FGDexpo 2013 (26–29 September 2013) di Jakarta Convention Cemter.
|
Lebih 30 pamflet telah disebar selama 3 hari itu. Komentar-komentar, dan aktivitas-aktivitas berbagi pun meluas di Facebook. Tiap pamflet rata-rata menjangkau belasan ribu orang, beberapa di antaranya hingga 40.000 lebih, dan salah satunya yang berbunyi "Lu enak desainer grafis, kerjanya ngegambar doang" menjangkau 63.936 orang, serta telah disebar ulang oleh 1.085 orang!
Kampanye berikutnya—melengkapi tema "Saya seorang desainer grafis", merupakan penyebaran pamflet-pamflet yang mengingatkan kembali pada prestasi-prestasi yang pernah diraih oleh desainer-desainer grafis pendahulu, seperti:
"1978: Tjahjono Abdi menjadi orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan prestisius Clio Awards"
"Majalah desain grafis pertama terbit di Yogyakarta: Blank! (2002) oleh M. Arief Budiman"
"Poster digunakan oleh seniman-seniman masa revolusi perjuangan kemerdekaan Indonesia sebagai upaya melawan penjajahan dan menumbuhkan semangat nasional yang baru"
"2008: Yongky Safanayong dikukuhkan sebagai guru besar desain grafis pertama di Indonesia"
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kamis, 26–Minggu, 29 September 2013
DGI berperanserta di FGDexpo 2013.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Booth DGI di ajang FGDexpo 2013 (26–29 September 2013), yang dirancang oleh Yan Mursid, Novita Angka, dan Adi Handoyo, dinominasikan sebagai salah satu dari 5 (lima) booth terbaik.
|
Minggu, 29 September 2013 pukul 14.00–15.00
DGI menggelar presentasi di Business Presentation Room, Hall B, JCC, dipandu oleh Ismiaji Cahyono dengan nara sumber: Priyanto Sunarto, dan Yongky Safanayong.
Sejak regenerasi pengelolaan DGI disepakati, susunan pelaksananya menjadi sebagai berikut:
Founder: Hanny Kardinata
Advisory Board: Priyanto Sunarto, Yongky Safanayong, Hermawan Tanzil, Henricus Kusbiantoro
Manajemen
Bureau Chief: Ismiaji Cahyono
Superintendent: Citra Lestari
Managing Editor: Vincent Hadi Wijaya
Online Editor: Bertie Alia Bahaduri
Program Board: Yan Mursid, Novita Angka, Adi Handoyo
Development Board: Peter Natadihardja, Yoga Iswara
Research Board: Hastjarjo Boedi Wibowo
Creative Board: Henricus Kusbiantoro, Bambang Widodo
International Affairs: Eve Vogelein
Kontributor
Andi Rahmat (Bandung), Sumbo Tinarbuko (Yogyakarta), Obed Bima Wicandra (Surabaya)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Bandung | Jumat, 22 November 2013
DGI menghadiri Small City Big Design Lecture yang diselenggarakan oleh Norrm (Normal-Form) dan Unkl347 bertempat di Maja House, Bandung. Seminar ini mengundang desainer-desainer biro desain Büro Destruct (BD) yang berbasis di Bern, Swiss, Lorenz 'Lopetz' Gianfreda dan Felix Fideljus.
Seminar Small City Big Design oleh Büro Destruct (BD).
|
Menurut Lopetz, Small City Big Design diambil sebagai nama kerja sama BD dengan Unkl347 dan Norrm karena Bandung seperti halnya Bern, berada dalam bayangan kota besar (Jakarta, Zürich, dan Jenewa). Lopetz percaya bahwa—dengan dukungan kemajuan koneksi internet—desainer dari kota kecil pun mampu meraih pengakuan internasional. Berkat kesuksesannya, banyak pihak yang menganjurkan agar BD pindah ke kota yang lebih besar. Namun BD menolak karena mereka berasal dari Bern dan amat mencintai kota tersebut. Menurut mereka, Bern terasa sebagai "rumah", sehingga mereka dapat bebas berekspresi. Kantor BD terletak di pinggir sungai, sehingga pada saat istirahat mereka dapat berenang.
Pada akhir sesi, para panelis sepakat bahwa profesi desainer dapat menentukan pusat desain (design capital) dari mana saja mereka berada, dan percaya bahwa bekerja dari kota kecil pun dapat memberikan dampak besar bagi dunia.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumat, 29 November–Minggu, 1 Desember 2013
DGI berperanserta pada ajang Fresh n Brite Design Festival 2013 yang diselenggarakan oleh School of Design Binus University di Kota Casablanka Mall, Jalan Casablanca Kav. 88, Jakarta.
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Minggu, 1 Desember 2013
Pada ajang Fresh n Brite Design Festival 2013, DGI menyelenggarakan acara bincang-bincang Ngobrol Bareng (Design Talk) dengan topik:
- Kupas Tuntas "Saya seorang desainer grafis"
- DGI 2014 dan Masa Depan
Pada kesempatan ini, DGI juga memperkenalkan DGI-zine, publikasi ringkas dari DGI yang berisi suplemen tentang desain grafis. DGI-zine ini dibuat untuk menjadi nutrisi pelengkap artikel-artikel utama yang telah disuguhkan dalam situs DGI. Edisi pertamanya tampil dengan 8 desain sampul yang berbeda.
DGI-zine 001 dipublikasikan dengan 8 (delapan) pilihan desain sampul, dibagikan pada acara Fresh n Brite Design Festival 2013.
|
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Jumat, 10–Sabtu, 11 Januari, 2014
DGI Design Camp I: The Design of Addictions
Untuk merealisasikan komitmennya, DGI menyelenggarakan berbagai acara luring, dan yang perdana adalah DGI Design Camp (DDC) dengan tajuk: The Design of Addictions. Melalui DDC, DGI mengajak desainer keluar dari kesehariannya, jauh dari kebiasaan dan habitat rutinnya untuk bercermin dan secara intens berkreasi, menghasilkan karya bermutu, fungsional, dan dapat dinikmati oleh umum setelah kegiatan itu selesai.
Profesional yang diundang diseleksi yang memenuhi standar kuratorial tinggi untuk memastikan hasil karya desain yang terwujud bermutu dan kelak dapat dikoleksi Museum DGI. Selain itu, tiap karya yang dihasilkan harus memiliki nilai ekonomi, sehingga kelak bisa dipasarkan melalui DGI Store.
DDC I mengeksplorasi perilaku ketergantungan manusia dan beragam metode kreatif untuk memanfaatkan perilaku tersebut guna menghasilkan karya desain yang berdampak positif bagi masyarakat. Tajuk DDC I ini digagas oleh Nigel Sielegar, perancang Indonesia yang berkiprah di New York, yang sekaligus memandu lokakarya ini sebagai instruktur. Sementara Cecil Mariani yang sealmamater dengan Nigel dari School of Visual Arts, NY, serta Ismiaji Cahyono selaku pengurus DGI membantu proses bimbingannya.
Obyek visual yang fungsional adalah tujuan utama output lokakarya ini. Oleh karena itu DDC menghadirkan teknologi-teknologi produksi digital yang mutakhir, mulai dari HP Indigo, printer format besar dari Epson, printer laser Canon, hingga printer tekstil Epson, yang disediakan agar para peserta secara total dapat menguji eksperimen-eksperimennya secara nyata.
DDC I diadakan di Gedung Samafitro |, Jl. Ir. H. Juanda No. 8, Jakarta Pusat dan diikuti oleh para pengajar DKV dari berbagai perguruan tinggi, profesional, dan mahasiswa dari dalam dan luar Jakarta.
Pada sesi utama, Nigel menyampaikan materi kuliahnya kepada lebih dari 60 orang yang terdiri dari peserta dan undangan, yang diawalinya dengan pertanyaan “Apabila desain dapat menghasilkan interaksi dan interaksi dapat menimbulkan kebiasaan, mungkinkah desain menghasilkan adiksi?”.
Dari studi kasus yang diberikan, Nigel menarik kesimpulan bahwa desain berperan besar dalam menghasilkan adiksi. Oleh karenanya, sangat diharapkan apabila desain dapat menghasilkan adiksi yang konteksnya positif. Tantangan bagi para peserta lokakarya adalah bagaimana mewujudkan adiksi-adiksi yang positif melalui desain.
Dari studi kasus yang diberikan, Nigel menarik kesimpulan bahwa desain berperan besar dalam menghasilkan adiksi. Oleh karenanya, sangat diharapkan apabila desain dapat menghasilkan adiksi yang konteksnya positif. Tantangan bagi para peserta lokakarya adalah bagaimana mewujudkan adiksi-adiksi yang positif melalui desain.
Setelah sesi kuliah selesai, peserta dibagi menjadi 9 kelompok—yang telah ditentukan secara acak oleh panitia—dan kepada masing-masing kelompok diberikan sebuah topik untuk ditemukan solusi desainnya. Kesembilan topik itu adalah:
- Perbanyak baca buku
- Perbanyak makan sayur
- Tidak buang sampah sembarangan
- Kurangi shopping
- Kurangi main game
- Perbanyak minum air mineral
- Perbanyak olahraga
- Mencabut charger yang tidak digunakan
- Mengajak pergi ke museum
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kamis, 13 Maret 2014
Poster acara 7UJUH TAHUN DGI |
DGI genap 7 (tujuh) tahun melayani komunitas desain grafis Indonesia (13 Maret 2007–13 Maret 2014). Untuk merayakannya, pada 4–6 April 2014, DGI menyelenggarakan pameran, peluncuran buku, dan acara bincang-bincang di Dia.Lo.Gue Artspace, Jl. Kemang Selatan 99 a, Jakarta yang dikemas dengan judul '7UJUH TAHUN DGI'.
Pada kesempatan ini DGI memamerkan 9 (sembilan) karya hasil lokakarya DGI Design Camp I, mulai dari infografik yang menggambarkan proses pembuatan hingga ke mock-up yang memperlihatkan purwarupa (prototype) tiap karya. Waktu pameran kemudian diperpanjang hingga 10 April 2014.
Pameran hasil karya DGI Design Camp I: The Design of Addictions di Dia.Lo.Gue Artspace pada 4–10 April 2014.
|
Pada 4 April pukul 19.00 WIB, DGI meluncurkan buku Perspektif: 19 Desainer Grafis Indonesia karya Vincent Wong, yang merupakan karya perdana DGI Press. [Lihat: PERSPEKTIF: 19 Desainer Grafis Muda Indonesia]
|
Bagian dari pameran 7UJUH TAHUN DGI di Dia.Lo.Gue Artspace pada 4–10 April 2014 yang memperagakan isi buku Perspektif: 19 Desainer Grafis Muda Indonesia. |
Dua acara bincang-bincang diadakan, sesi I dengan judul Catat, Koleksi, Arsip menghadirkan nara sumber Priyanto Sunarto, Yongky Safanayong, dan Iwan Gunawan yang dimoderasi oleh Arif P.S.A. pada 5 April pukul 13.00–15.00 WIB, dan sesi II: Saya Seorang Desainer Grafis bersama Novita Angka dan Yan Mursid, yang dimoderasi oleh Adityayoga Gardjito pada 5 April pukul 16.00–18.00 WIB. [Baca artikel terkait: Train-set yang Apa Adanya (1), Train-set yang Apa Adanya (2), dan Dalam Kenangan: Yongky Safanayong (26 Agustus 1950-11 Maret 2015)]
Yongky Safanayong, Priyanto Sunarto, dan Iwan Gunawan berbagi pengalaman sebagai kolektor pada acara Bincang-bincang Sesi 1: Catat, Koleksi, Arsip.
|
[Baca: Train-set yang Apa Adanya (1)]
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar