8.11.17

Persinggahan Sementara (3)

[Sambungan dari Persinggahan Sementara (2). Bagian ketiga dari lima tulisan]


Ada dari ketiadaan
The universe cannot be read until we learn the language in which it is written. It is written in mathematics, and the letters are triangles, circles and other geometrical figures, without which it is humanly impossible to understand a single word. —Galileo Galilei (1564–1642), 1623
Bagaimana pun, proses mengalihkan penggambaran alam (nature) ke bentuk-bentuk geometris itu mengingatkan bahwa pada dasarnya segala sesuatu di alam memiliki bangun yang berpola geometris. Manusia, pohon, planet, sistem surya, semuanya [Lihat: Membaca Alam]. Dan bahwa segala hal bisa ditakar secara geometris sebenarnya telah dinyatakan oleh berbagai ajaran spiritual dan religi di seluruh dunia melalui simbol Bunga Kehidupan (Flower of Life). Ada sejumlah besar informasi dan pengetahuan yang dapat diperoleh dari pemahaman terhadapnya. Di dalamnya terkandung pola penciptaan dunia ini, dunia yang ‘ada dari ketiadaan (Great Void)’, yang menggambarkan betapa segala sesuatu itu terlahir dari buah pikiran Sang Pencipta. 

Bunga Kehidupan merupakan salah satu lambang sakral tertua (sacred geometry) yang pernah ditemukan, berupa pola heksagonal (segi enam)—di mana titik pusat setiap lingkaran berada pada lingkar enam buah lingkaran berdiameter sama di sekelilingnya— terdiri dari 19 lingkaran lengkap dan 36 busur lingkaran parsial yang tertutup oleh sebuah lingkaran besar (Gb. 4). 


4. Bunga Kehidupan (Flower of Life), rahasia purba mengenai kehidupan, berupa pola geometris yang terdiri dari lingkaran-lingkaran berbentuk sama yang saling bertumpang tindih. Sumber gambar: Life of Riley, Wikimedia Commons. 

Dalam versi berbeda-beda, penggambaran Bunga Kehidupan dapat ditemukan di berbagai bangunan kuno di sejumlah negara. Kuil Osiris di Abydos, Mesir merupakan contoh tertua yang berhasil ditemukan sampai saat ini [diperkirakan usianya lebih dari 6.000 tahun, menjangkau hingga pada masa 10.500 SM]. Di sini Bunga Kehidupan tertera di batu granit, yang kemungkinan dimaksudkan sebagai manifestasi Mata Ra, simbol otoritas Firaun. Bunga Kehidupan juga dapat ditemukan di sinagog kuno di Galilea dan Mesada, Israel; Masjid Córdoba, Spanyol; kota kuno Ephesus, Izmir, Turki; Kuil Emas (Gurudwara) di Amritsar, India; kuil-kuil di Kota Terlarang, Tiongkok (Gb. 5) dan di Jepang; seni-seni Abad Pertengahan di Italia, dan banyak lagi. Dari pemahaman mengenai Bunga Kehidupan ini dapat diperoleh sejumlah besar informasi dan pengetahuan, akses ke segala sesuatu tentang jagat raya beserta segenap isinya dan seluruh makhluk hidup (Akashic Records). 

5. Bola Bunga Kehidupan di bawah cakar kaki Singa Penjaga di pintu masuk ke Kota Terlarang, Beijing, Tiongkok, menggambarkan Anjing Fu (Fu Dog) sebagai pelindung ilmu pengetahuan. Sumber gambar: SineArch (sinearch.com)/

Persamaan pola geometrisnya dalam berbagai kebudayaan purba yang melintasi jangka masa yang berbeda satu dengan yang lainnya, juga melintasi benua-benua secara geografis, menunjukkan bahwa Bunga Kehidupan bukanlah sekadar ciptaan dan imajinasi artistik. Di dalamnya terkandung nilai esoteris yang melampaui ragam budaya dan agama mana pun (universal). Kajian terhadap pola Bunga Kehidupan menemukan adanya ketepatan-ketepatan matematis dan keterkaitannya dengan hukum fisika. Agaknya para ahli esoteris zaman dahulu kala yang mencermati Alam Semesta ini telah mampu “melihat” pola-pola geometris tertentu sebagai suatu bentuk aliran energi yang mengalir dari alam, yang di alam fisikal ini tidak kelihatan secara kasat mata. Penulis New Age, Drunvalo Melchizedek, dalam bukunya The Ancient Secret of the Flower of Life, Vol. 1 (1999), menyatakan bahwa pada suatu masa seluruh kehidupan di bumi ini mengenal Bunga Kehidupan sebagai pola penciptaan—desain geometris yang membimbing kita ke dalam dan ke luar dari keberadaan fisik kita. Tapi kemudian dari keadaan kesadaran yang sedemikian tinggi, kita jatuh ke dalam kegelapan dan lupa siapa kita.

Figur terkemuka seperti Leonardo da Vinci (1452–1519) dianggap telah memiliki pengertian mengenai makna Flower of Life, juga tiga simbol serupa lainnya, Egg of Life, Fruit of Life, dan Seed of Life. Egg of Life misalnya, dianggap sebagai bentuk dasar musik di mana jarak antara lingkaran-lingkarannya identik dengan jarak antara nada dan setengah nada dalam musik. Juga identik dengan struktur sel pada divisi ketiga embrionik (sel pertama membelah menjadi dua sel, lalu menjadi empat sel, kemudian delapan sel). Hingga struktur tersebut dalam perkembangannya kemudian menciptakan tubuh manusia dan seluruh sistem energinya.


6. The Vitruvian Man, Leonardo da Vinci (1452–1519), sekitar 1485.

Melukiskan pola geometris pada proporsi manusia. 

Sketsa ini ditemukan pada salah satu buku catatan Da Vinci, The Notebooks of Leonardo Da Vinci, seorang figur sentral Zaman Renaisans. Catatan-catatan yang ditulis sepanjang perjalanan hidupnya itu, mengungkapkan dirinya sebagai seorang rasionalis. Hal ini ditunjukkan misalnya pada kenyataan bahwa ia adalah salah seorang paling pertama yang mempertanyakan penjelasan Kitab Injil tentang banjir besar. Setelah mencermati fosil makhluk-makhluk laut di sejumlah puncak gunung, ia menyimpulkan bahwa fosil itu tidak mungkin terendapkan akibat banjir empat puluh hari. Dia mengamati lembah-lembah sungai, melakukan perhitungan matematis, dan mengambil kesimpulan bahwa erosi yang terjadi hanya mungkin terjadi setelah melalui perjalanan waktu yang amat panjang. Sumber gambar: Wikipedia.

Nama Flower of Life diberikan oleh Melchizedek pada tahun 1999, dan sejak itu desain pola Bunga Kehidupan digunakan secara luas dalam budaya pop, fesyen, sebagai perhiasan, dan produk-produk dekoratif. Bagi New Age, Bunga Kehidupan telah membentangkan makna spiritual yang mendalam dan menjadi pencerahan bagi mereka yang telah mempelajarinya sebagai geometri yang sakral. Di berbagai belahan dunia terdapat kelompok-kelompok orang yang mendasarkan kepercayaan dan sistem meditasinya—setidaknya sebagian—pada Bunga Kehidupan. Lembaga FlowerofLife.org misalnya, pernah mengadakan lokakarya di berbagai lokasi di dunia, di mana mereka mengajarkan keyakinan New Age, metode, dan interpretasinya mengenai Bunga Kehidupan. 

Indonesia memiliki ragam hias kawung yang tersusun dari bentuk bulat lonjong seperti daun, yang ditengarai merupakan penyerapan dari pola Bunga Kehidupan. Bedanya, kalau Bunga Kehidupan berkelopak enam, kawung empat. Ada pendapat bahwa motif kawung terinspirasi dari pohon aren dengan buahnya, buah kawung yang lebih dikenal dengan nama kolang-kaling. Pohon aren dari atas hingga ke akarnya (batang, daun, nira, dan  buahnya) bermanfaat bagi kehidupan manusia. Motif kawung mengisyaratkan agar seseorang berguna dalam kehidupannya.

Secara keseluruhan, Bunga Kehidupan menjadi pengingat yang indah bahwa kita semua terhubung, satu sama lain dan pada segala sesuatu di Alam Semesta. [Baca: Merajut Keterhubungan]

[Bersambung » Persinggahan Sementara (4)]

***

Tulisan-tulisan lainnya di sini.

Tidak ada komentar:

Unggulan

Merajut Keterhubungan

Sebuah esai merespons tema pameran Forum Grafika Digital 2017 (FGDexpo 2017), Connectivity (Jakarta Convention Center, 24–27 Agustus 2017). ...